LABUHANBATU | Sebanyak 80 orang siswa/i Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Satu Atap Sei Tampang, kecamatan Bilah Hilir, Labuhanbatu belajar di atas tenda biru. Hal itu efek tidak adanya sarana meubiler di sekolah milik Pemkab Labuhanbatu tersebut.
Tentu saja, proses belajar mengajar menjadi kurang optimal jika dibanding para siswa di sekolah lainnya. Sebanyak 80 siswa tersebut merupakan siswa dari dua lokal di kelas 7. “Ada 80 siswa kita belajar pakai tenda biru dan tikar,” ujar Batahan Pane, Senin (25/8/2014).
Dia mengakui jika kondisi itu terjadi karena ketiadaan meubiler. Pasalnya, sekolah yang baru berdiri pada tahun 2012 lalu itu belum mendapatkan bantuan sarana belajar dari Pemerintah setempat. Padahal, mereka sudah mengusulkan dan memohonkan penyediaan meubiler berupa bangku dan meja belajar. “Sudah kita usulkan,” paparnya.
Tapi, kata dia, pihak dinas hanya mengharapkan mereka bersabar menunggu pengadaan sarana tersebut. Memang, aku dia, jumlah siswa meningkat. Efeknya, mengantisipasi ketersediaan meja dan bangku belajar, semula antara pihak Sekolah dan pihak Komite sekolah sudah sepakat mengadakan sekolah siang.
Tapi, pihak orang tua siswa mengaku keberatan. Karena, kebanyakan siswa yang menimba ilmu di lembaga pendidikan formal tersebut merupakan anak karyawan kebun PT CSR, PT HSJ dan sekitarnya. Alasan keberatan para orang siswa itu, karena siang hari tidak ada lagi bus milik perusahaan yang mengantar jemput siswa untuk sekolah siang. “Kebanyakan siswa merupakan anak para karyawan perkebunan,” paparnya.
Pihak orang tua juga, kata dia semula rela mencicil untuk membeli meja dan bangku bagi para siswa. Tapi, pihak sekolah menolak kutipan dan pungutan uang dari orang tua dan wali siswa. “Kita takut nanti kutipan itu dipersalahkan. Jadi kita tolak,” katanya seraya mengaku untuk menunggu datangnya meubiler dari Pemkab Labuhanbatu, mereka juga mengharapkan adanya bantuan dari pihak perusahaan perkebunan sekitar. [jar]
Tidak ada komentar