MEDAN | Badan Narkotika Nasional (BNN) mengamankan seorang warga Medan yang terlibat jaringan produksi sabu-sabu Seruway, Aceh Tamiang. Kuat dugaan pelaku mendatangkan sebagian besar bahan baku dari luar negeri.
Tersangka Erik Barus (34) ditangkap BNN saat berada di ATM dekat rumahnya, Jalan Letjen Jamin Ginting, Gang Bendungan, Medan Tuntungan, Jumat (24/4) malam. Dalam penggeledahan di rumahnya ditemukan berbagai peralatan dan bahan meracik sabu-sabu, di antaranya gelas ukur, kompor listrik, selang, dan tungku.
Direktur Psikotropika dan Prekusor BNN, Brigjen Agus Adriano menyebutkan Erik hanya berperan sebagai koki. Seluruh dana pembuatan sabu-sabu itu diperoleh dari kelompok Sugianto (45) yang ditangkap lebih dahulu di kediamannya di Dusun Batangmeku, Desa Lubukdamar, Seruway, Aceh Tamiang, Jumat (24/4) siang.
Pada penangkapan pertama ini, petugas juga meringkus istrinya, Remmena (40), dan dua pelaku lainnya, Supri (25), serta Muzakir (35). Remmena diketahui sengaja membuang barang bukti sabu-sabu sebanyak enam gram.
"Penangkapan Medan ini memang hasil pengembangan di Aceh. Setelah siang kita ungkap di sana, hari itu juga kita meluncur ke Medan," kata Agus ketika memaparkan kasus itu di kediaman Erik, Senin (27/4/2015) malam.
Agus mengungkapkan, beberapa barang bukti yang disita merupakan barang yang sulit diperoleh di Indonesia. Ada keyakinan bahan seperti aceton, xylene, hcl dan iodine didatangkan dari luar negeri melalui pelabuhan liar.
Menariknya, pembuatan sabu-sabu yang sudah berlangsung dua tahun ini dipelajari para tersangka secara manual. Petugas menemukan dua buah buku cara pembuatan sabu-sabu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris hasil print dari internet.
"Mereka belajar sendiri dari internet, youtube. Ada dua buku panduan yang kita amankan," lanjut Agus.
Sebelum mengungkap kasus ini, BNN terlebih dahulu mengawasi aktivitas tersangka selama empat bulan. Dari pemeriksaan awal, Sugianto yang merupakan pemodal bisnis haram ini mengalami penurunan omset pada bisnis perkebunannya. Ia kemudian mengalihkan modal usahanya ke bisnis pembuatan sabu-sabu.
Kabag Humas BNN, Slamet Pribadi menambahkan, produksi yang dihasilkan dalam jaringan ini tidak terlalu banyak karena tidak terlalu aktif. Meski begitu, aktivitas mereka sangat berbahay karena sudah menyentuh level daerah paling bawah.
"Kegiatan mereka ini membahayakan. Mereka ini 'main' sendiri, tidak ada kaitannya dengan kelompok Jakarta yang baru kita ungkap," kata Slamet.
Menurut Slamet, para tersangka menyangkal sabu-sabu tersebut diedarkan Aceh, melainkan hanya di Medan dan wilayah Sumut lainnya. Petugas masih terus mengembangkan kasus ini untuk memburu pelaku yang membantu mengedarkannya. [khi]
Tidak ada komentar