MEDAN| Pj Rektor Universitas Sumatera Utara Prof Subhilhar menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa pemukulan wartawan oleh satpam kampus tersebut saat meliput demonstrasi mahasiswa, Kamis (21/5/2015).
Rektor Subhilhar yang dikonfirmasi tengah berada di luar kota, berjanji akan mengecek persoalan tersebut.
Permohonan maaf juga disampaikan Kabag Humas USU, Bisru Hafi. Saat dihubungi dia langsung meminta maaf atas kejadian itu. "Saya minta maaf adinda," kata Bisru via seluler.
Bisru juga mengatakan banyak juga kaca-kaca di Biro Rektor USU yang jadi korban kericuhan.
Informasi dihimpun, Kamis (21/5/2015), kekerasan itu dialami wartawan Harian Orbit, Jamalum Berutu dan Irvan Rumapea. Mereka dianiaya gerombolan satpam Kampus USU yang mengamankan demo mahasiswa USU hari itu juga.
Kejadian bermula saat keduanya meliput demo mahasiswa USU di depan gedung Biro Rektor USU. Ketika demo berujung ricuh, enam satpam tiba-tiba berlari mengejar Jamalum Berutu yang sedang mengabadikan peristiwa dengan kamera handphonenya. "Saya dikejar dan dikerumuni enam petugas security," terang Jamalum Berutu.
Dari lokasi yang sama, wartawan Harian Orbit lainnya, Irvan. berupaya membantu begitu melihat rekannya dipukuli.
Namun niat baik Irvan justeru mendapat serangan bertubi-tubi gerombolan petugas satpam.
Dengan membabi-buta, gerombolan satpam itu memukuli Irvan dan menyeretnya.
"Saya dibanting, kepala saya dipukuli pakai rotan dan bambu yang saat itu saya sedang mengenakan helm. Akibat terkena pukulan yang bertubi-tubi membuat helem yang saya pakai pun pecah-pecah," terang Irvan sembari menunjukkan helmnya yang pecah.
Akibatnya, sekujur tubuh Irvan terutama di bagian kedua lengannya mengalami luka-luka dan memar, lengan sebelah kanan tidak bisa di luruskan.
Atas peristiwa itu, keduanya didampingi tim hukum Harian Orbit melaporkannya ke Mapolresta Medan dengan nomor STTLP/1285/K/V/2015/SPKT Resta Medan.
Tuntut Rektor Defenitif
Diketahui, ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan pemerintahan mahasiswa (Pema) Universitas Sumatera Utara (USU) mendatangi Biro Rektor. Dalam tuntutannya, mahasiswa mendesak pihak rektorat harus menjelaskan kepada mahasiswa apa yang menjadi alasan mereka tidak menetapkan rektor defenitif.
"Saat ini ada 40.000-an nasib mahasiswa yang masih terlantar belum ada kejelasannya karena tidak adanya kejelasan dari pihak rektorat," ujar koordinator aksi Bendry Gunawan.
Selain itu mahasiswa juga mendesak agar dilibatkan dalam mengambil kebijakan kampus.
"Sampai saat ini mahasiswa tidak pernah tau kemana uang mahasiswa dibungakan. Mahasiswa juga tidak pernah tau dimana dibuat hasil pengutipan dari mahasiswa tersebut," ujarnya lagi. [rez]
Tidak ada komentar